Selasa, 13 April 2010

AJARKAN ANAK MENCINTAI ALLAH MELALUI ALAM


Di desa tempat saya pernah tinggal pada tahun 1975 – 1987, meskipun memiliki sarana hiburan dan media informasi yang sangat kurang. Tapi masa kanak-kanak itu masih tersimpan di memori sampai sekarang. Masih terbayang betapa indahnya pengalaman pada masa lalu itu. Pada masa itu anak diajarkan untuk kreatif dengan menciptakan permainan sendiri seperti membuat mobil-mobilan, pistol-pistolan, dll.
Dan pengalaman yang berkesan lainnya adalah bermain di dalam hutan local, mencari buah-buahan di semak belukar, berenang mengarungi sungai, memancing, dll. Semua itu dikerjakan sendiri atau bersama-sama yang mendatangkan keakraban diantara sesama. Tapi itu dulu, hutan tempat kita bermain telah hilang digantikan oleh perumahan, kalaupun ada hutan itu sudah sangat jauh dari tempat tinggal sehingga kita akan cemas untuk melepas anak bermain ke sana.

Hari ini, anak-anak banyak yang tidak pernah melihat di luar dari lingkungannya. Mereka memulai hari mereka setelah sarapan dengan TV, komputer atau ponsel pintar. Anak-anak sekarang banyak yang telah kehilangan hubungan dengan luar. Pengalaman di luar rumah akan memberi anak Anda penghargaan untuk alam, pendidikan informal dalam ilmu alam yang tidak dapat ditiru, dan cinta satwa liar, tanaman dan hal-hal alami.
Untuk itu adalah tanggung jawab kita sebagai orang tua sangat dibutuhkan dalam mendidik anak-anak. Mulai dari pendidikan formal maupun non formal. Diantaranya mengenalkan alam kepada anak. Namun, seberapa sering kita berpikir untuk mengajak anak-anak menjelajahi alam?

Para ahli psikologi mendorong para orang tua untuk mendengarkan suara-suara alam bagi anak-anak mereka seperti kicauan burung, desiran angin pada dedaunan di pohon dan lain-lain. Suara-suara ini memainkan peran yang lebih penting dalam memori. Hal ini juga membantu memfokuskan anak ketika memasuki usia sekolah. Penelitian telah membuktikan, anak di bawah usia enam tahun dapat belajar paling efektif dengan menggunakan pancaindra mereka.
Alam yang indah memberi anak-anak kesempatan tak terbatas untuk itu. Ada banyak tempat di mana kita bisa membawa anak menikmati alam, Sekaligus sebagai edukasi kepada anak-anak agar lebih peka terhadap alam dan mencintai lingkungan, sehingga lebih banyak bersyukur lagi kepada Sang Pencipta.
Menurut Abdul Halim, Pelaksana Tugas Relasi media Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), tanamkan hakekat alam terlebih dulu sebelum orangtua mendorong kecintaan anak terhadap lingkungan. Anak memahami, bumi beserta isinya merupakan ciptaan dan anugerah Tuhan, yang diberikan kepada manusia agar dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai pendukung kehidupan. Agar manfaatnya maksimal maka alam harus dijaga dan dipelihara.
Kapan terakhir kali Anda mengajak anak pergi ke luar untuk menikmati suasana pegunungan atau pedesaan? Apakah anda pernah membuat ciptaan Allah SWT menjadi tampak lebih menarik bagi anak-anak? Berikut ada beberapa saran agar anak lebih mencintai alam dan pencipta-Nya.
BERKEMAH:
Pengalaman hidup di luar rumah ditemani suara serangga, burung atau binatang lainnya dapat menumbuhkan rasa natural anak. Memasak, mencuci dan tidur di luar akan membawa anak lebih mengenal Allah Tanpa diganggu oleh alat-alat elektronik. Gunakan kreatifitas Anda untuk mengenalkan kekuasaan Allah melalui alam pada anak.
MENGAMATI SUNGAI DAN AIR TERJUN.
Perhatikan ritme, kesejukan, dan keindahan gerakan air yang menciptakan suasana hati yang sempurna untuk mencerminkan syukur pada ciptaan Allah. Berbicara dengan anak-anak tentang bagaimana Allah mengatur siklus air dari tanah ke langit dan kembali ke bumi untu dimanfaatkan oleh manusia.
MENDAKI GUNUNG/BUKIT.
Berada di tempat tertinggi dari tempat kita berpijak akan memberikan pengaruh tersendiri pada jiwa anak. Anak akan menyadari bahwa ia adalah bagian dari alam, bahwa ia hanyalah sesosok makhluk yang kecil seperti makhluk-makhluk Allah yang lain. Dengan demikian anak akan menyadari kalau ia harus menjaga alam, sebab kalau alam telah di rusak, bukan hanya ia, tapi anak cucunya tidak akan bisa menikmati apa yang ia nikmati sekarang.
Dari berbagai sumber.

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar