Selasa, 26 Oktober 2010

STROKE; PEMBUNUH NOMOR 3 DI DUNIA

DETIK HEALTH-Jakarta, Setiap 6 detik ada orang meninggal akibat stroke dan setiap detik akan ada kasus baru stroke di seluruh dunia. Penyakit
stroke menjadi 'pembunuh' yang mengerikan hingga organisasi stroke sedunia menyerukan 'Ayo Bertindak Sekarang'.

Dunia memperingati hari stroke sedunia setiap 29 Oktober 2010. World Stroke Organization menyambut hari stroke sedunia tahun 2010 dengan tema 'One in Six: Act Now!'. Hari stroke sedunia diperingati pada tanggal 29 Oktober setiap tahunnya dengan sebuah pesan 'stroke dapat dicegah, dan stroke dapat diobati'.

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, dan merupakan penyebab kecacatan nomor satu bagi orang yang selamat dari serangan stroke.

Data menunjukkan bahwa lebih dari 60% penderita stroke di dunia hidup di negara berkembang. Peningkatan kejadian stroke di beberapa negara Asia (China, India, dan Indonesia) ditengarai akibat pengaruh perubahan pola hidup, polusi, dan perubahan pola konsumsi makanan.

Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi mendadak akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke ada 2 macam, yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan. Angka kejadian stroke sumbatan lebih tinggi daripada stroke perdarahan (70% vs 30%).

Angka kejadian stroke meningkat akibat peningkatan faktor risiko stroke misalnya hipertensi, merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan diabetes.

Stroke di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2008) memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian nomor satu pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Banyaknya kasus hipertensi, diabetes, kadar kolesterol darah yang tinggi, dan merokok meningkat di Indonesia. Industrialisasi dan polusi meningkatkan pula risiko stroke.

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian stroke meningkat seiring dengan pencemaran udara. Kejadian peningkatan stroke dihubungkan pula dengan peningkatan stres emosional dan perubahan pola konsumsi makanan.

Permasalahan yang muncul pada pelayanan stroke di Indonesia adalah:
1. Rendahnya kesadaran akan faktor risiko stroke
2. Kurang dikenalinya gejala stroke
3. Belum optimalnya pelayanan stroke
4. Ketaatan terhadap program terapi untuk pencegahan stroke ulang yang rendah.

Keempat hal tersebut berkontribusi terhadap peningkatan kejadian stroke baru dan tingginya angka kematian akibat stroke di Indonesia serta tingginya kejadian stroke ulang.

Westernisasi dan stroke

Berbagai penelitian dan kajian memperlihatkan bahwa penyebab tingginya kejadian stroke di negara berkembang adalah karena perubahan pola hidup dan pola konsumsi makanan (Kaste dan Norving, 2010).

Kemajuan industri dan peningkatan status ekonomi di berbagai negara berkembang dihubungkan dengan perubahan gaya hidup perkotaan. Konsumsi makanan cepat saji dan inaktivitas fisik meningkat. Makanan cepat saji dihubungkan dengan kandungan natrium dan lemak jenuh yang tinggi.

Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan kejadian hipertensi, peningkatan kolesterol, kegemukan sentral, dan pengerasan dinding pembuluh darah (atherosklerotik) (Kilkeny, 2010).

Faktor risiko stroke seringkali tidak bergejala. Pasien datang berobat pada saat sudah muncul gejala akibat kerusakan organ. Hal inilah yang menyebabkan hipertensi dan dislipidemia (kadar kolesterol darah yang tinggi) dikenal sebagai 'the silent killer'.

Gejala muncul ketika kerusakan organ target sudah sedemikian parahnya. Kampanye untuk terus menerus mewaspadai peningkatan tekanan darah harus dilakukan. Pengukuran tekanan darah secara massal sangat dianjurkan. Apabila tekanan darah seseorang ada diatas angka 140/90 mmHg dalam 2 kali pengukuran, maka kondisi tersebut sesuai dengan kriteria hipertensi.

Perubahan pola hidup harus segera dilakukan dengan mengurangi konsumsi garam, berolahraga, menurunkan berat badan berlebih, dan berhenti merokok. Sifat dari hipertensi dan dislipidemia yang tidak menimbulkan gejala berkontribusi besar terhadap rendahnya angka kepedulian dan keteraturan berobat pasien. Hanya kurang dari 30% pasien hipertensi yang berobat secara teratur dan terkendali tekanan darahnya (Angeli, 2010).

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar