Rabu, 28 Juli 2010

KHASIAT MADU DITINJAU DARI SEGI MEDIS

Maha benar Allah yang telah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 69 :” dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.” Madu memiliki kekuatan menyembuhkan yang hebat. Berbagai nutrisi yang dikandungnya telah lama dimanfaatkan untuk mengatasi luka bakar, menambah stamina, menaikkan gairah seksual, bahkan dapat mencegah kanker.

Cairan berwarna keemasan ini pun merupakan perawat keindahan kulit yang bermutu. Madu selain dipakai sebagai obat tunggal bisa juga dipakai dengan dicampur dengan tumbuhan obat yang lain untuk menambah khasiat dari madu tersebut seperti habbatussauda, jahe, cengkeh, pala, dll.

Beberapa ahli ilmu pengetahuan dan mengungkapkan pujian tentang manfaat madu serta merekomendasikan agar kita memakainya. Phytagoras (bapak ilmu pasti): beliau menyatakan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena dapat mencapai umur 90 tahun karena selalu minum madu.

Democrytus (pelopor pengembangan teori atom): beliau selalu mencampurkan madu kedalam makanannya sehingga bisa hidup sampai 100 tahun. Hipocrates (ahli fisika): beliau mengkonsumsi madu secara teratur dan mempergunakan madu dalam praktek pengobatannya sehingga bisa mencapai umur 107 tahun. Diocorides (sarjana Yunani) menyatakan madu mujarab sekali terhadap penyakit usus dan luka infeksi. Ibnu Sina (Bapak kedokteran): beliau menyatakan bahwa madu merupakan faktor yang dapat memperpanjang umur dan dapat memelihara kesanggupan bekerja dihari tua. Beliau juga berkata bahwa orang yang sudah berusia 45 tahun ke atas harus minum madu secara teratur bersama dengan buah-buahan yang berdaging keras dan banyak mengandung minyak.

Dr. Dixon dalam majalah Dis lancet infect bulan Februari 2003 M. beliau menulis,” bahwa adanya kekuatan besar didalam madu yang mampu mengalahkan bakteri, dimana bakteri-bakteri itu tidak mampu bertahan dihadapan madu.” Dr. Dixon menganjurkan untuk mengobati berbagai jenis luka termasuk luka bakar.

Hal ini senada dengan tulisan para ahli kesehatan dalam majalah Ann Plass Surg, Februari 2003 M, majalah Arch Surgery tahun 2000 M, dan majalah Durns tahun 1996 M. dari berbagai penelitian dan riset ilmiah yang dilakukan oleh para ahli tersebut menunjukkan bahwa karakteristik fisikawi dan kimiawi madu berperan dalam efektifitasnya membunuh bakteri. Disamping itu madu memiliki spesifikasi sebagai anti proses peradangan. Hasil pengujian terakhir menunjukkan kalau madu mampu melawan pembusukan oleh bakteri dan mempercepat pulihnya luka-luka, luka bakar dan borok serta luka sehabis operasi.

Seorang ilmuwan dari Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, menulis dalam “Journal of Apicultural Research” bahwa khasiat masing-masing madu bisa saja berbeda, namun semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C, yang sama kadarnya. Antioksidan tersebut diyakini mampu mencegah terjadinya kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.

Dalam majalah “Agric Food Chem” bulan maret 2003 M. para ahli menulis bahwa anti oksidan fenolic yang ada pada madu memiliki daya aktif tinggi serta bisa meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress)

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam majalah “Pharmacolres” tahun 2001 M, para peneliti mengatakan bahwa madu bisa membantu pengobatan infeksi lambung (maagh) dan tukak lambung. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak.

Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi. "Sifat anti bakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan," kata Dr. Peter Molan dari University of Waikato, New Zealand, melalui situs kesehatan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.

Reputasi madu untuk mengatasi gangguan pernapasan masih tetap diakui. Terutama untuk mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Masyarakat Yunani dan Romawi percaya khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek).

Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yang ringan. Maka itu masyarakat tradisional sering membubuhkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.

Hampir semua makanan manis akan merangsang otak untuk memproduksi endorfin atau pembunuh nyeri alami di dalam tubuh. Tak terkecuali rasa manis alami yang dihasilkan madu. Berkaitan dengan kadar fruktosanya yang tinggi, membuat madu mempunyai efek laksatif atau pencahar yang ringan.

Efek lain dari madu yang dipercaya sejak lama, yakni sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah seksual. Istilah honeymoon (bulan madu) berasal dari tradisi kuno masyarakat Eropa Utara, ketika pasangan pengantin baru diharuskan mengonsumsi madu dan mead (minuman sejenis wine yang dibuat dari fermentasi madu) yang diyakini bersifat aprodisiak tadi.

Madu juga memiliki aktivitas sebagai disinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi saliva atau cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teriritasi. Segelas air hangat dicampur lemon dan madu merupakan ramuan tradisional yang biasa digunakan untuk mengikis radang tenggorokan.

Jika Anda ingin awet muda, tetap segar dan bugar walau sudah berusia tua, selalu konsumsi madu secara rutin. Demikian pesan pionir ilmu kedokteran modern, Dr. Ibnu Sina. Kaum perempuan di Mesir, Yunani, dan Rusia sudah memanfaatkan madu sejak lama untuk memelihara kecantikan kulit muka agar tetap cantik dan bersih. Juga untuk menghilangkan noda dan bintik-bintik hitam (hiperpigmentasi), serta mencegah keriput. Ramuan berupa 100 gram madu dicampur 25 ml alkohol dan 25 ml air bersih bisa dicoba untuk merawat keindahan kulit Anda.

Meski efeknya ringan dalam menaikkan gula darah dibanding sumber karbohidrat lain, bagi diabetesi dianjurkan untuk tetap berkonsultasi ke dokter bila mengonsumsinya.

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar