Rabu, 09 Juni 2010

PETUALANGAN MENEMBUS BUKIT BARISAN


Setelah melakukan pendakian singgalang, saya dan beberapa orang dari anggota IPALA (Ikhwan Pencinta Alam) sepakat untuk kemping di air terjun yang bisa kami lihat dari sebuah tempat pemandian yang bernama Sungai Bangek.

Pada mulanya yang mendaftar untuk pergi ada 12 orang, akan tetapi pas pada hari H yang bisa pergi Cuma 3 orang. Tanggal l5 april 2010 jam 08.30 wib kami memulai penjelajahan. Untuk bisa cepat mencapai tempat tujuan, kami mesti mendaki beberapa bukit yang ada pada gugusan bukit barisan.


Pada awalnya saya dan rombongan beranggapan kalau Cuma mendaki bukit apa susahnya? Sehingga tidak mempersiapkan bekal yang cukup seperti bekal pendakian gunung. Tapi apa yang ada dalam pikiran kami merupakan kesalahan besar, kami tidak memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi.

Setelah 3 jam berjalan, air yang kami bawa sudah mulai habis. Kami, terutama saya mulai merasa kelelahan, karena jalan yang kami tempuh tidak sesingkat yang kami kira. Penuh dengan tanjakan Padahal dari informasi masyarakat setempat paling lama perjalanan ke tempat tujuan paling lama 4 jam. Sementara sudah 3 jam berjalan, ternyata jalan yang kami tempuh belum 1/3 perjalanan. Sementara air yang menjadi bekal kami sudah habis.

Oleh guide, kami dihibur bahwa di beberapa puncak bukit ada sungai atau mata air. Hal ini membangkitkan semangat kami untuk tetap melanjutkan perjalanan.
Tapi apa daya, melewati puncak pertama ternyata sumber air nya kering, puncak kedua pun sami mawon, badan saya sudah semakin letih dan lemah, hingga terpaksa beban yang ada di ransel sebagian di oper ke kawan-kawan yang lain. Jam 15.30 saat hendak mendaki puncak tertinggi dari gugusan bukit barisan yang akan kami lewati, kami mendapatkan anak sungai.

Betapa senang dan bahagia rasa hati. Meski saat itu dalam suasana hujan, kami memaksakan diri juga untuk memasak makanan dan shalat di sana. Mesti masih sangat lelah tapi guide mengingatkan untuk bersiap lagi, sebab hari sudah hampir sore dan sebaiknya kita sudah sampai di air terjun sebelum gelap. Sebab kalau sudah gelap masih belum sampai juga, alamat harus berkemah di dalam hutan, dan ini tentu saja tidak menyenangkan.

Setelah melewati pendakian terakhir, guide mengingatkan bahwa sebentar lagi kami akan mulai melakukan penurunan. Dan kami diingatkan untuk berhati-hati sebab penurunan yang kami lewati sangat curam. Dan memang benar, untuk menahan supaya badan tidak meluncur karena gaya gravitasi yang besar, kami harus berpegangan pada dahan-dahan kayu, ranting ataupun bergelantungan pada akar-akar pohon.

Jam 17.30 kami mulai bertemu sungai, setelah menuruni bukit yang curam tersebut. Tapi cerita belum selesai, sebab kami harus mengarungi sungai sekitar ½ jam untuk mencapai tempat yang di tuju. Dalam keadaan lelah dan kaki sakit kami mulai naik lagi ke atas menyusuri hulu sungai dengan melompati batu-batu yang besarnya bisa sampai sebesar rumah. Pas pada pertemuan dua bukit kami mendapati ada dua air terjun, dan kami memutuskan untuk berkemah disana, diatas batu yang terletak dibawah air terjun tersebut.

Perasaan lelah, letih, lesu dan rasa sakit yang mendera tubuh serasa hilang pada saat itu juga karena melihat pemandangan yang mungkin hanya bisa kita nikmati di dalam lukisan saja. Betapa tidak, sebab dibawah tempat kami berkemah adalah sebuah lubuk yang meski dalam tapi airnya demikian jernihnya sehingga dasarnya nampak dari luar dan memberi nuansa hijau pada air. Dan malam itu kami serasa tidur dibawah guyuran hujan lebat.

Pagi hari setelah mandi dan sarapan, jam 09.00 kami mulai beranjak untuk pulang. Namun kami putuskan perjalanan melewati sungai, sebab di sepanjang sungai banyak pemandangan yang indah-indah, seperti lubuk-lubuk dan air terjun di sekitar bukit yang ada pada gugusan bukit barisan itu.

Namun perjalanan menyisiri sungai dengan melompati batu-batu yang besar bukanlah pekerjaan yang mudah. Sangat dibutuhkan kejelian stamina yang kuat mulai dari ujung kaki sampai ujung tangan. Sebab kalau tidak tepat dalam melakukan lompatan demi lompatan, maka alamat akan tercebur dan hanyut ke dalam sungai yang airnya mengalir deras.

Setelah beberapa jam berjalan kami memutuskan untuk shalat dan makan. Selesai istirahat kami memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan, tapi kali ini terpaksa melewati bukit, hal ini disebabkan sebagian dari anggota yang ikut ada yang mengalami kecelakaan kakinya terbentur diatas batu, sehingga mengalami luka, ada juga yang memang sudah tidak bisa lagi melakukan lompatan-demi lompatan diatas batu sebab lututnya tidak lagi bisa menopang beban tubuh sehingga sering terpeleset terlempar ke dalam air.

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar