Kamis, 10 Juni 2010

PANDUAN UNTUK PARA PENDAKI GUNUNG PEMULA


Kegiatan mendaki gunung dimulai dengan menyusun rencana pendakian yang meliputi mencari informasi tentang gunung tersebut, melakukan pesiapan fisik dan menyiapkan perlengkapan pendakian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana pendakian antara lain tujuan kegiatan (gunung yang akan didaki), waktu pendakian, anggaran keuangan, peserta, perizinan, transportasi, perencanaan di lapangan dan pelaksanaan kegiatan. Dengan perencanaan yang baik, pendaki akan dapat mencapai tujuan secara lebih efisien dan efektif.


Untuk perlengkapan perjalanan sebaiknya pilih perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin, tetapi bebannya tidak melebihi kemampuan. Perhitungan beban total untuk seseorang tidak boleh melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg). Untuk pakaian lapangan sebaiknya jangan menggunakan pakaian dari bahan nilon dan celana jins. Pakaian dari bahan nilon tidak menyerap keringat, sedangkan celana jins akan menjadi berat bila basah dan butuh waktu lama untuk dikeringkan. Semua perlengkapan pendakian dimasukkan ke dalam ransel yang ringan, kuat, sesuai dengan kebutuhan dan keadaan medan, nyaman dipakai dan praktis.

Bagaimana bila dalam pendakian gunung ada masalah? Petunjuk grafis untuk mengatasi masalah seperti tersesat, bertahan hidup (survival), dan kecelakaan juga disertakan. Orientasi medan (navigasi darat) adalah suatu cara untuk menentukan posisi dan arah perjalanan, baik di daerah sebenenarnya maupun di peta. Karena itu, pengetahuan tentang peta dan kompas serta teknik penggunaannya perlu dipelajari dan dipahami agar tidak mudah tersesat. Dalam pendakian, ada baiknya memperhatikan keadaan alam sekitar yang bisa dijadikan tanda yang mudah diingat, seperti tumpukkan batu, pohon tinggi, pohon tumbang, dan aliran sungai. Tanda-tanda tersebut bisa digunakan sebagai pemandu ke jalur semula bila kebetulan tersesat. Kalau tersesat sebaiknya kita tetap tenang dan ingat rumus STOP (S: Stop/Seating, T: Think, O: Observation, P: Planning).

Bertahan hidup di alam bebas (survival) adalah keahlian untuk bertahan hidup dalam situasi yang mendesak. Keahlian ini sangat diperlukan oleh setiap pelaku kegiatan alam bebas. Elemen survival antara lain cara menemukan air, cara membuat api, cara menemukan makanan, cara membuat jebakan, cara membangun perlindungan, dan cara menarik perhatian untuk penyelamatan (SAR). Selain itu juga perlu disiapkan survival kit untuk antisipasi apabila menghadapi suatu masalah dalam pendakian gunung. Survival kit ini umumnya berisi perlengkapan jahit, cermin, pisau multiguna, peniti, peluit, peralatan mancing, senter, korek api, kaca pembesar dan lilin.

Mendaki gunung tidak hanya membutuhkan niat yang kuat saja, namun juga kesiapan fisik. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk tiba di puncak. Hal yang paling sering muncul dalam bahaya subjektif (bahaya yang ditimbulkan oleh pendaki itu sendiri) adalah risiko medis. Resiko medis tersebut antara lain hipotermia, dehidrasi, patah tulang, trauma, cedera otot dan lain-lain. Pengetahuan untuk melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) perlu dipelajari dan dikuasai, sehingga apabila terjadi kecelakaan kita dapat melakukan langkah pertolongan pertama dan dapat menghindari cacat permanen maupun kematian.

Leave No Trace. Program Leave No Trace dirancang untuk memperkecil dampak sosial dan lingkungan dalam kawasan pendakian gunung. Prinsip-prinsip dasar Leave No Trace adalah:
ü Perencanaan dan pesiapan yang baik.
ü Berkemah dan bepergian di atas permukaan tanah yang tahan dan awet.
ü Buanglah kotoran dengan benar.
ü Biarkan apa yang anda temukan.
ü Minimkan penggunaan dan akibat dari api unggun.
ü Latihlah diri untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan perjalanan.
ü Dengan memelihara diri sendiri dan grup anda saat perjalanan di alam bebas, anda termasuk dalam posisi melindungi lingkungan.


Peresensi buku:
Djuni Pristiyanto

ARTIKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar